Pulomerak, Cilegon AMC.id -— Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia, ajakan untuk menghidupkan kembali semangat kebersamaan digaungkan oleh Huseri, seorang pemerhati lingkungan asal Pulomerak, Cilegon. Ia berharap momen kemerdekaan tahun ini menjadi titik balik untuk membangkitkan kembali kehidupan sosial warga yang sempat meredup.
“Sesekali lah kita galakkan lagi acara kampung seperti dulu, biar terasa hidup kembali,” ujarnya melalui pesan WhatsApp kepada awak media, Minggu (27/7).
Huseri mengenang masa ketika Pulomerak selalu ramai setiap menjelang 17 Agustus. Anak-anak berlomba di lapangan, warga bergotong royong menghias lingkungan, sementara para ibu menyiapkan konsumsi dari dapur sederhana. Tak perlu anggaran besar, cukup semangat bersama.
“Dulu saja tanpa anggaran, tapi acaranya tetap ramai. Sepak bola, voli, MTQ… semuanya jalan. Sekarang malah sepi,” tuturnya.
Menurutnya, pandemi COVID-19 menjadi salah satu penyebab terputusnya banyak tradisi sosial di kampung. Namun ia percaya, peringatan HUT RI ke-80 adalah waktu yang tepat untuk menyalakan kembali api gotong royong.

“Bukan soal lombanya, tapi soal rasa. Rasa saling peduli, saling sapa, saling semangat. Itu yang dulu bikin Pulomerak terasa hidup,” tambahnya.
Ajakan itu pun mendapat sambutan dari warga lain. Sejumlah kelompok pemuda mulai merancang perlombaan sederhana dan menghias lingkungan RT masing-masing. Ada yang berlatih marawis, ada pula yang menyiapkan bendera merah putih dan umbul-umbul dari bahan seadanya.
“Kami rindu suasana itu. Kalau bisa ramai lagi, kenapa tidak? Merdeka itu dirasakan bersama, bukan hanya diperingati,” ujar Somad, salah satu tokoh masyarakat di Merak.
Warga berharap, pemerintah kelurahan dan kecamatan turut mendukung inisiatif-inisiatif kecil tersebut. Bukan hanya melalui program formal, tetapi dengan menciptakan ruang — baik ruang fisik untuk berkegiatan maupun ruang batin untuk kembali merasa memiliki kampung ini.
Di Pulomerak, semangat menyambut kemerdekaan bukan sekadar soal upacara. Ini soal menghidupkan kembali rasa — bahwa kampung ini milik bersama, dan harus dijaga bersama.
Karena Pulomerak dulu hidup bukan karena anggaran, tapi karena warganya yang saling menjaga.
RGA
Red