Sumedang, AMC.id — Di antara hiruk pikuk rapat kebijakan, laporan angka dan kurva mutu pendidikan, ada satu nama yang tak pernah menyerah menjaga bara semangat pendidikan dasar di Sumedang: Dede Yasin Jamhari. Ia bukan pejabat tinggi dengan sorotan kamera di mana-mana.
Tapi ia adalah jantung dari denyut perubahan di balik pintu-pintu sekolah dasar.
Sebagai Ketua K3S (Kelompok Kerja Kepala Sekolah) Kabupaten Sumedang, Dede tak hanya berdiri di balik podium menyampaikan sambutan.
Ia menyusuri lorong-lorong sekolah, mendengar keluhan guru honorer yang hampir menyerah, menenangkan kepala sekolah yang resah karena fasilitas rusak, dan memeluk harapan anak-anak yang datang ke sekolah dengan semangat meski perut belum kenyang.
Bekerja Senyap, Berdampak Nyata
Bersama Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang yang dipimpin oleh Dr. Eka Ganjar Kurniawan, S.Sos., M.E, Dede menjadi mitra strategis dalam mewujudkan tiga program unggulan: zero waste school dan toilet bersih, digitalisasi sekolah, serta peningkatan angka lama sekolah siswa.
Ketiga program ini bukan sekadar proyek di atas kertas. Bagi Dede, toilet yang bersih adalah bentuk penghormatan terhadap martabat siswa. Digitalisasi bukan hanya soal internet cepat, tapi tentang kesiapan guru-guru desa untuk mengenal teknologi.
Dan memperpanjang angka lama sekolah bukanlah pekerjaan satu malam, tapi perjuangan panjang memutus mata rantai kemiskinan struktural.
“Ada anak-anak yang harus putus sekolah karena jadi buruh tani sejak kelas enam SD. Pendidikan harus menyentuh realitas itu,” ujar Dede.
Dua Peran, Satu Tujuan
Sebagai Wakil Ketua PGRI Kabupaten Sumedang, Dede seperti diberi dua tangan penuh kuasa—satu dari jalur struktural, satu lagi dari jalur aspirasi guru. Ia menyatukan dua dunia itu, menjembatani suara bawah ke meja pengambilan keputusan.
Dengan pengalaman dan kedekatannya dengan para guru di lapangan, Dede tak sekadar tahu data, ia tahu rasa. Ia paham betapa getirnya guru di pedalaman mengajar dengan gaji pas-pasan, betapa beratnya kepala sekolah mengelola sekolah dengan dana terbatas, tapi tetap harus memenuhi tuntutan mutu.
Di forum-forum resmi, ia bukan orator yang berbicara tinggi. Tapi kalimat-kalimatnya datang dari nurani yang tulus. Dan itu yang membuatnya didengar.
Pendidikan Adalah Jalan Panjang
Dede tahu, perubahan tak bisa instan. Tapi ia percaya, jika satu demi satu kepala sekolah mulai berdaya, jika satu demi satu guru mulai percaya diri, jika satu demi satu anak mulai bermimpi besar, maka perubahan itu benar-benar sedang terjadi.
“Pendidikan adalah tentang menyalakan api kecil di dada anak-anak. Api itu akan menjadikan mereka seseorang kelak — entah guru, dokter, atau petani yang bangga atas tanahnya sendiri,” katanya.
Dan api kecil itu, sedang dijaga oleh orang-orang seperti Dede Yasin Jamhari. Mereka yang bekerja dalam diam, tapi setiap langkahnya menjadi lentera bagi masa depan.
( Edy ms )
Red